Sabtu, 06 Agustus 2016

Cerita Sex : Nikmatnya Berhubungan Intim Dengan Sesama Jenis

Cerita Sex : Nikmatnya Berhubungan Intim Dengan Sesama Jenis


Cerita Sex : Nikmatnya Berhubungan Intim Dengan Sesama Jenis

AGEN POKER ONLINE - Windi menghempaskan pantatnya di sofa lalu duduk bersila sambil menenggak air putih dari gelasnya.

“Udah selesai belum?” tanyanya pada Jeni yg duduk di lantai mengerjakan soal-soal latihan Mati-matika di meja ruang tamu rumah Windi.
“Dikit lagi kok,” jawab Jeni tanpa mengangkat wajah dari buku-buku di depannya.

Windi mengamati wajah Jeni yg serius menyelesaikan tugasnya. Walaupun berambut pendek cepak seperti lelaki, namun Jeni tetap tak bisa menyembunyikan kecantikan wajahnya, yg ditunjang oleh tubuhnya yg langsing dengan sepasang buah dada yg cukup besar, berkembang lebih cepat daripada para gadis kelas 1 SMP sebayanya.

Windi memang punya alasan tersendiri bersedia mengajari Jeni matematika di rumahnya menjelang ulangan umum ini. Walaupun menjadi incaran banyak cowok di sekolahnya, tak satu pun mendapat sambutan dari Windi. Pasalnya gadis cantik berambut panjang yg baru saja berkembang remaja dan mulai mempunyai hasrat seksual ini ternyata tak tertarik kepada lawan jenis, ia lebih menyukai berdekatan dan bersentuhan dengan sesama gadis.

Saat Jeni, adik kelas yg memang sudah lama ia sukai ini meminta Windi yg memang terkenal paling pintar di antara murid-murid kelas 2 untuk mengajarinya matematika, Windi tak menyia-nyiakan kesempatan Jenis ini.

“Udah nih!” tukas Jeni mendadak, menyentakkan Windi dari lamunannya.

Windi menatap Jeni yg mengacungkan buku di depannya sambil tersenyum, lesung pipitnya tercetak begitu dalam di pipinya yg putih mulus itu, membuat wajahnya menjadi semakin menggemaskan. Sambil menyambar buku itu, Windi membuang jauh-jauh pikirannya yg melayg ke mana-mana,

“Sini gue periksa!” tukasnya. H

ampir selesai Windi memeriksa pekerjaan “muridnya” ini ketika mendadak ibunya muncul di ruang tamu menjelaskan bahwa ia akan menyusul ayah Windi ke kantor sambil membawa adik Windi yg masih kecil, lalu dari sana langsung pergi ke Sukabumi karena ada saudara mereka yg sakit keras.

Windi diminta menjaga rumah baik-baik bersama Iroh, sang pembantu rumah tangga. Telah terdidik mandiri sejak kecil, Windi tak merasa berat dengan keadaan ini. Tak lama, ibu dan adiknya pergi naik taksi dan Windi pun menyelesaikan memeriksa latihan Jeni.

“Lumayan, cuma satu yg salah. Lu cepet ngerti juga ya, Jen?” kata Windi.

Jeni tersenyum malu-malu mendengar pujian ini, lalu pamit untuk pulang karena hari sudah menjelang malam.

“Eh, jangan dulu dong! emang yg salah ini nggak mau dikoreksi dulu? Sekalian deh gue jelasin kesalahannya, biar lu ngerti,” kata Windi.
“Tapi entar gue pulang kemaleman, Win,” jawab Jeni bingung.
“Gini aja. Lu telepon aja nyokap lu. Bilang lu nginep di sini malem ini. Sekalian nemenin gue,” balas Windi.

Walaupun nada bicaranya biasa saja, dalam hati Windi sangat berharap Jeni menyambut usulnya ini.

“Kalo dikasih, ye?” jawab Jeni membuat Windi girang.

Jeni yg mengagumi kakak kelasnya yg cantik dan pintar ini sebenarnya memang senang diajak menginap. Maka ia pun menelepon ke rumahnya dan ternyata diizinkan untuk menginap. Dengan gembira, Windi merangkul leher Jeni, dan mengajaknya ke meja makan untuk makan malam. Lengannya jatuh dengan santai di dada Jeni selagi mereka berjalan.

Walau tampak santai, sebenarnya Windi sangat berdebar-debar merasakan buah dada lembut adik kelasnya ini bergesek-gesek dengan tangannya. Tapi apa lacur, jarak tak jauh membuat Windi terpaksa melepas rangkulannya. Selesai makan, mereka pun melanjutkan pelajaran dengan serius, hingga Windi pun melupakan sensasi gairah singkat yg sempat ia rasakan.

“Udeh dulu ye, Win?” pinta Jeni setelah sekitar 1,5 jam belajar,
“Otak gue udeh butek nih!” lanjutnya setengah memohon.
“Iya deh. Gue juga udah capek,” jawab Windi,
“Yuk ah!” katanya sambil berdiri membereskan buku-buku di meja makan.

Mereka beranjak ke kamar Windi dan Jeni langsung menghenyakkan tubuhnya di ranjang sementara Windi sendiri duduk di kursi meja belajarnya. Mereka mengobrol tak tentu arah beberapa saat ketika akhirnya arah obrolan entah kenapa mulai menyinggung ke arah yg sensitif.

“Ooh, jadi lu udah mens?” kata Windi, lalu dilanjutkan,
“Jadi udah doyan cowok dong?” “Tapi gue masih males cari pacar.

Cowok-cowok pada kasar sih! Nggak demen gue!” balas Jeni. Windi yg merasa mendapat angin langsung mengarahkan pembicaraan.

“Lha, gue kirain toket lu gede karena sering dipegang-pegang ama pacar lu.”
“Enggak lagi. Ini memang dari sononya begini,” jawab Jeni sambil menatap buah dadanya,
“Kayaknya sih memang keturunan, keluarga gue yg cewek toketnya memang gede-gede.”

BANDAR POKER ONLINE - Windi yg mulai berdebar-debar dengan arah pembicaraan ini merasa mendapat jalan dan terus menekan. Ia membuka kaosnya, menampilkan mini set menutupi buah dadanya yg kecil, walaupun tampak mulai tumbuh.

“Kayaknya toket gue nggak gede-gede deh,” ujarnya sambil meloloskan mini set dari dadanya, menampilkan putingnya yg berwarna coklat muda,
“Gue pengen segede punya lu, Jen.” Jeni terhenyak melihat kakak kelasnya dengan santai bertelanjang dada di depannya.

Seumur hidup ia belum pernah melihat wanita telanjang, bahkan ibunya sendiri.Windi melanjutkan serangannya.

“Coba deh lihat toket lu.” Jeni semakin terbelalak.
“Ah, malu ah gue!”
“Idih, ngapain malu lagi! Kan nggak ada cowok,” tukas Windi,
“Ayo buka aja.” Agak bingung namun bangga dengan perhatian sang kakak kelas, Jeni pun akhirnya meloloskan kaos dari tubuhnya, menampilkan BH putih yg menyembunyikan buah dadanya.

Windi beranjak ke ranjang dan duduk di belakang Jeni, langsung meraih dan melepaskan kait BH Jeni. Wajah Jeni bersemu merah, apalagi saat Windi melepas BH-nya lalu menarik lengannya, membalikkan badannya hingga kini mereka duduk berhadapan di ranjang, sama-sama bertelanjang dada. Jeni tertunduk sementara Windi merasakan darahnya berdesir menyaksikan pemandangan indah sepasang buah dada berukuran 32 di hadapannya ini.

Windi menelan ludah berusaha mengendalikan pengalaman seksual pertamanya ini. Ia melihat wajah Jeni yg menghindari kontak mata dengannya.

“Jen, lu kok malu sih? Toket lu bagus lagi.” Jeni melirik Windi,
“Segini sih kecil, Win. Kakak gue pake BH nomor 36B.”
“Ya dia kan udah kuliah,” tukas Windi,
“Untuk usia lu, toket lu tuh udah gede.” Wajah Jeni semakin memerah dengan perasaan malu bercampur bangga akan pujian kakak kelasnya yg cantik ini.

Sementara di lain pihak, Windi sendiri semakin berdebar-debar dan memberanikan diri melanjutkan eksperimen seksualnya.

“Gue pegang, ya?” pinta Windi sambil menatap Jeni.

Gadis manis berambut cepak ini ternyata masih belum berani menatap Windi dan tak memberi jawaban apa-apa.

Windi menganggap Jeni tak menolak dan segera meraih dada adik kelasnya ini. Jeni menggigit bibir.

“Hi hi hi hi hi..” Jeni terkikik saat Windi mengelus-elus buah dadanya dengan jantung berdebar-debar,
“Geli, Win!” lanjut Jeni lagi.
“Gue mau ngerasain juga dong!” tukas Windi sambil meraih tangan Jeni dan menuntunnya ke arah dadanya.

Jeni kembali menggigit bibir, namun tak memberikan perlawanan. Tangannya menyentuh puting Windi dan ia pun menggerakkan tangannya berputar-putar meraba buah dada Windi. Jeni terpesona saat ia melirik wajah kakak kelasnya ini dan tampak Windi memejamkan mata sambil menggigit bibir. Tampak sekali bahwa Windi sangat menikmati sentuhannya.

“Enak ya, Win?” tanya Jeni setengah bingung, Windi hanya menganggukkan kepala tanpa membuka mata,
“Coba lu raba gue lagi dong,” pinta Jeni penasaran.

Kedua gadis itu pun saling meraba buah dada masing-masing beberapa saat. Tampak Windi sangat menikmati sensasi seksual pertamanya ini. Kulit telanjang mereka sama-sama tampak merinding. Windi melepaskan tangannya dari dada Jeni, lalu menghela napas panjang, menikmati dengan sepenuh hati rangsangan gairah pertamanya ini, sementara Jeni kembali terkikik geli.

Windi bangkit dan menarik lengan Jeni agar mengikutinya berdiri.

“Lu mau tahu nggak rasanya kalo pacaran ama cowok?” tanya Windi yg membuat Jeni bingung tak mengerti.

Windi melanjutkan,

“Gue juga belom pernah. Kita cobain yuk?!” Jeni semakin tak paham maksud Windi, namun diam saja saat Windi membungkukkan badannya dan langsung mengulum puting Jeni dengan lembut.

Jeni tersentak dan sontak mundur sambil mendorong kepala Windi,

“Gila lu, Win! Geli lagi! Lihat tuh gue sampe merinding!” tukas Jeni menunjukkan seluruh kulit tubuhnya yg memang berbintik-bintik merinding. Tetap dalam posisi membungkuk, Windi melirik sang adik kelas sambil berkata,
“Namanya juga baru nyobain. Lu rasain aja dulu. Kata orang-orang enak.”

Windi merengkuh pinggang Jeni dan menariknya mendekat, sementara Jeni yg kebingungan dengan pengalaman pertama yg baginya sangat aneh ini tak kuasa melawan. Dengan jantung berdebar penuh perasaan yg tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, Windi kembali menempelkan bibir mungilnya yg basah itu pada puting Jeni dan dengan lembut memasukan puting berwarna gelap itu ke dalam mulutnya.

Ia mengulum puting Jeni dengan lembut sementara Jeni menggigit bibir menahan rasa geli hebat yg kembali membuat seluruh tubuhnya merinding. Tak lama hingga Jeni merasakan rasa geli berubah menjadi perasaan berdesir yg tak ia pahami dan tak bisa ia jelaskan. Setiap hisapan Windi memberikan semacam perasaan tersetrum ringan yg nikmat dan lenguhan kecil terlepas dari bibirnya tanpa terkendali,

“Uhh..” Terkesiap mendengar ini, Windi menghentikan hisapannya dan bangkit menatap Jeni,
“Enak ya, Em?” tanyanya dengan polos dan tulus.

Jeni tak bisa menjawab, hanya menganggukkan kepalanya.

“Terus terang, gue juga suka banget ngisepin pentil lu,” lanjut Windi lagi,
“Gue nggak bisa jelasin perasaan gue, tapi pokoknya enak banget deh, terangsang banget.” Jeni kembali hanya mengangguk tanpa bisa bicara.

Kini Windi menarik lengan Jeni dan mendudukkannya di pinggir ranjang, sementara ia sendiri berlutut di lantai,

“Gue terusin ya?” katanya lembut.

Tanpa menunggu jawaban dari Jeni, Windi langsung kembali mendaratkan bibirnya di puting adik kelasnya yg kebingungan itu dan kembali mengulumnya, kali ini dengan gairah yg semakin bergelora dalam dadanya sendiri. Dengan refleks, Windi mulai memainkan lidahnya pada puting Jeni, membuat Jeni terpekik tertahan sambil mendadak kedua tangannya mencengkeram kepala Windi. Namun kali ini Jeni tak mendorong Windi. Sebaliknya ia malah seperti menarik kepala Windi agar menghisap dan menjilati putingnya semakin keras.

Windi sendiri sangat menikmati gairah yg semakin meledak-ledak dalam dirinya, ditambah reaksi Jeni yg membuatnya semakin terangsang, hingga lidah dan bibirnya semakin liar menjilati dan menghisapi puting Jeni.

“Ohh..” Jeni mendesah tanpa ia sadari.

AGEN JUDI ONLINE - Windi pun melepas mulutnya dari buah dada Jeni, membuat kekecewaan dan rasa terkejut terbersit di wajah Jeni.

“Gantian dong, Em,” kata Windi,
“Kayaknya lu nikmatin banget. Gue kan juga mau ngerasain,” lanjutnya dengan perasaan penuh pengharapan dan antisipasi.

Jeni tentunya memahami ini walaupun merasa sangat aneh harus menghisap buah dada sesama wanita, namun setelah ia merasakan kenikmatan dan rangsangan gairah yg baru kali ini ia rasakan, ia tahu Windi pasti akan merasakan kenikmatan yg sama. Maka kini Windi duduk di pinggir ranjang dan Jeni, masih tetap duduk di pinggir ranjang, membungkukkan badan dan mulai mengulum dan menghisap puting Windi.

“Ngghh..” lenguhan Windi langsung meledak begitu bibir basah Jeni menghisap putingnya yg kecil dan segar itu.

Mata Windi terpejam rapat sementara darahnya menggelegak oleh rangsangan dan kenikmatan hebat yg baru kali ini ia rasakan. Tahu kakak kelasnya menikmati ini, Jeni semakin rileks dan melanjutkan hisapan dan jilatannya pada puting Windi, bahkan nikin lama semakin liar dan ganas, membuat Windi terpaksa mencengkeram kepala Jeni dan merintih-rintih menahan gairah,

“Aaahh.. ahh.. Emm.. Enak Emm..” Jeni sendiri tak menygka akan menikmati pengalaman ini, memeluk tubuh Windi dan semakin menjadi-jadi menghisapi puting Windi.
“Ohh.. ohh.. ohh.. stop.. stop.. stop dulu Em.. ohh.. Emm..” desah Windi.

Bingung dan takut tindakannya salah hingga Windi tak lagi menikmati ini, Jeni berhenti menjilati puting Windi dan menatap kakak kelasnya yg terengah-engah dengan wajah merah padam penuh birahi ini,

“Kenapa, Win? Nggak enak, ya?” tanya Jeni bingung.
“Gila lu! Nikmat banget lagi,” balas Windi,
“Cuma gue berasa aneh nih, Em. Kayaknya celana dalem gue makin basah deh.” Jeni terbeliak semakin bingung mendengar itu.
“Mungkin saking nikmatnya gue kencing dikit di celana kali,” lanjut Windi sama-sama tak mengerti.

Windi langsung bangkit berdiri dan melepas celana pendeknya, lalu meraba celana dalamnya,

“Tuh kan! Bener basah!” tukasnya lalu ia mencium tangannya yg baru ia pakai meraba selangkangannya itu,
“Tapi bukan kencing nih, Em. Nggak pesing tuh!” ujar Windi yg dilanjutkannya dengan meloloskan celana dalamnya hingga kini ia benar-benar telanjang bulat berdiri di depan Jeni.

Windi memeriksa celana dalamnya dan mendapatkan sedikit lendir bening melekat di celana dalamnya.

“Ih, bener, bukan kencing, Em. Lendir nih!” tukas Windi sambil menengok ke arah Jeni dan terkejut melihat Jeni tampak duduk dengan gelisah sambil menggerak-gerakkan pahanya dengan mata tampak menerawang.
“Naah, lu juga basah ya, Em?” sentak Windi mengejutkan Jeni!

Serta merta Windi menarik lengan Jeni hingga adik kelasnya ini berdiri di depannya, lalu dengan cepat Windi melorotkan celana pendek sekaligus celana dalam Jeni yg masih terlalu kebingungan hingga tak melakukan perlawanan. Windi menarik celana Jeni lepas dari pergelangan kakinya lalu kembali berdiri dan menunjukkan lendir bening yg juga terdapat di bagian dalam celana dalam adik kelasnya yg cantik itu.

“Tuh lihat, lu juga keluar lendirnya, Em.” Jeni hanya bengong sementara Windi semakin bergairah pada permainan seksual mereka yg ternyata berkembang jauh melebihi perkiraannya.

Dengan tinggi kurang lebih 160-an cm dan berat sekitar 45 kg, Windi dan Jeni benar-benar tampak seperti sepasang gadis cilik, sama-sama telanjang bulat, berdiri berhadapan, menjelajahi pengalaman seksual pertama mereka yg membingungkan, namun menggairahkan sekaligus memberi kenikmatan hebat. Windi melempar kedua celana dalam ke lantai sambil mengulurkan tangannya ke selangkangan Jeni.

“Ngghh..” Jeni melenguh panjang selagi setruman gairah hebat meledak dalam dirinya saat jari Windi menyentuh bibir memeknya yg basah itu.

Lututnya sontak terasa lemas dan kepalanya terasa ringan melayg.

Melihat temannya limbung, Windi langsung merangkulnya dan menuntunnya kembali duduk di ranjang. Windi sendiri duduk di samping Jeni, merangkul pundak Jeni dengan sebelah tangan lalu tangan satunya kembali melanjutkan meraba memek Jeni. Diiringi desah gairah Jeni yg begitu merangsang di telinga sang kakak kelas, Windi menggosok-gosokkan jarinya dengan lembut di sepanjang bibir memek Jeni yg semakin lama tampak semakin merekah, menampilkan daging merah muda segar dan basah sang perawan cilik.

“Hhh.. Win.. ohh.. ngghh.. mmhh..”Windi semakin terangsang dan semakin berani.

Ujung jari tengahnya ia masukkan ke dalam memek Jeni dan ia gerakkan menggesek daging segar memek Jeni yg semakin lama semakin banyak mengeluarkan lendir bening itu dari bawah ke atas, hingga menyentuh klitoris Jeni yg mulai mencuat.

“Ngk! Ahh..” Jeni terpekik menggairahkan saat jari Windi mencapai klitorisnya.

Windi terkejut namun semakin terangsang melihat reaksi nikmat sang adik kelas. Wajah menggemaskan Jeni tampak semakin menggairahkan dengan mata terpejam menikmati sentuhan lembut Windi. Mempertahankan kelembutan tekanannya, jari Windi semakin cepat menggesek memek dan klitoris Jeni, membuat Jeni mendesah dan merintih tak terkendali.

“Hhh.. hh.. ngh.. nghh.. mm.. mm.. ohh..” Sementara memek Windi sendiri semakin basah oleh lendir gairah,

Windi semakin terangsang melihat kenikmatan yg jelas-jelas ditunjukkan Jeni di wajahnya, ia pun semakin bergelora dan membungkukkan badannya dan kembali menjilati dan menghisap puting Jeni dengan liar dan bernafsu.

“Ohh.. ohh.. ohh.. Winn.. gillaa.. ohh.. ennak Win.. mmhh..”
“Sllrrp.. sllrrpp.. klcp.. klcp.. sllrrpp.. klcp.. mm.. klcp.. klcp..”
“Mmm.. mm.. mm.. nghh.. nghh.. Wiinnn.. Wiinnn.. Winn.. oh.. oh.. oh.. oh..” Desahan dan rintihan Jeni yg dipenuhi kenikmatan semakin terdengar liar dan tak terkendali, sementara Windi yg semakin terangsang menggesekkan jarinya semakin liar di memek perawan Jeni dan lidah dan bibirnya melahap puting Jeni dengan semakin bernafsu.

Jeni sendiri merasa gelombang kenikmatan memuncak dalam dirinya dan suatu perasaan seperti kesemutan merebak perlahan-lahan ke seluruh tubuhnya. Dengan nafas tersengal-sengal, Jeni mencengkeram erat kepala Windi dan menekannya keras ke buah dadanya, lalu dalam suatu ledakan kenikmatan yg terasa bagaikan tak berujung, Jeni memekik tertahan saat perasaan kesemutan dalam tubuhnya meledak menjadi setruman kenikmatan puncak yg membuat cairan kental tumpah deras dari dalam memeknya, membasahi jari Windi yg masih liar menggesek-gesek memeknya.

“Aaakk!” pekik Jeni sambil dengan refleks menjepit tangan Windi dengan kedua pahanya, sementara tangannya mencengkeram kepala Windi semakin keras dan kepalanya terdongak ke belakang dengan bola mata terputar ke belakang penuh kenikmatan.

BANDAR JUDI ONLINE - Windi yg berusaha menarik tangannya membuat jarinya kembali menggesek memek Jeni dari bawah ke atas dengan gerakan sangat pelan, membuat Jeni kembali menikmati ledakan-ledakan kenikmatan yg terasa tak kunjung habis, memaksanya menggigit bibirnya. Akhirnya tangan Windi lepas dari jepitan paha Jeni disertai lenguhan panjang Jeni yg mengakhiri kenikmatan puncak orgasme pertamanya,

“Ohh..” Windi menatap penuh rasa terpesona dan bergairah saat Jeni ambruk terlentang di kasur dengan mata terpejam dan nafas terengah-engah.

Ia menyusul berbaring di samping Jeni dan memeluk tubuh sang adik kelas, langsung dibalas pelukan erat Jeni yg sangat menikmati pengalaman seksual indah ini. Keduanya berpelukan erat, saling menikmati kenyamanan kehangatan tubuh yg lain.

Setelah beberapa saat, akhirnya mereka saling melepas pelukan dan Jeni tersenyum menatap mata Windi. Rasa cinta dan kasih sayang mendalam tersorot jelas dari mata Jeni. Windi memahami perasaan ini dan mengecup bibir Jeni dengan lembut. Mereka lalu terkikik geli bersama-sama, lalu kembali saling berpelukan erat dan Jeni berbisik di telinga Windi,

“Win, gue nggak ngerti perasaan gue saat ini. Tapi rasanya gue nggak mau pisah dari elu. Gue rasanya sayaang banget ama elu.” Windi tersenyum dan membalas bisikan sang adik kelas,
“Gue juga sayang banget ama elu, Em. Lu jadi pacar gue aja, ya?” Walaupun tak pernah terpikir akan berpacaran dengan sesama wanita, namun Jeni tak bisa memungkiri perasaannya saat ini,
“Iya, Win. Gue mau jadi pacar elu. Gue cinta ama elu.”

Mereka melanjutkan berpelukan erat dan hangat selama beberapa saat, lalu Jeni melepas pelukannya dan berkata pada Windi.

“Gila, Win. Lu bikin gue nikmat banget. Sekarang gantian ya, gue yg raba elu?”
“Iya dong, gue juga mau ngerasain kayak elu. Tapi jari lu jangan dimasukin ya? Kayak gue aja tadi, digesek-gesek aja. Gue takut keperawanan gue sobek,” balas Windi.

Jeni hanya mengangguk dan tetap dalam posisi rebahan, ia membuka paha Windi hingga mengangkang lebar, membuka memek mudanya yg segar merekah, lalu mulai meraba-rabanya dengan jari tengahnya.

Tak memakan waktu lama bagi memek Windi untuk kembali basah penuh lendir gairah, apalagi saat Jeni mendaratkan bibir dan lidahnya, mempermainkan puting Windi yg mungil itu. Desahan dan rintihan Windi pun akhirnya meledak menjadi pekikan penuh kenikmatan saat orgasme yg liar dan lama, seperti yg dinikmati Jeni, bergejolak dalam tubuh mungil Windi. Dalam keadaan sama-sama telanjang bulat, Windi dan Jeni berpelukan mesra dan penuh kasih sayang, hingga akhirnya mereka tertidur pulas hingga pagi.

Rabu, 03 Agustus 2016

Cerita Sex : Nikmatnya Goyangan Jagoanku Yang Masih Lugu

Cerita Sex : Nikmatnya Goyangan Jagoanku Yang Masih Lugu


Cerita Sex : Nikmatnya Goyangan Jagoanku Yang Masih Lugu

AGEN POKER ONLINE - Tiara, 35 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak. Penampilan Tiara sangat menarik. Sebagai wanita yg tinggal di kota besar, Bandung, cara berpakaiannya selalu sexy. Tdk sexy murahan tapi berkelas dan menarik. Dengan tubuh tinggi semampai, dada 36, dan kulit yg putih besrish, walau sudah menikah dan punya anak yg sudah cukup dewasa, tapi masih banyak lelaki yg selalu menggodanya.

Anaknya yg paling besar, Roby, 16 tahun, seorang anak yg yg baik dan penurut pada orang tuanya. Anak kedua, Deris, 14 tahun, seorang anak yg sudah mulai beranjak dewasa. Sedangkan suami Tiara, Firman, adalah seorang suami yg cukup baik dan perhatian pada keluarga. Bekerja sebagai seorang PNS di suatu instansi pemerintah.

Kehidupan sexual Tiara sebetulnya tdk ada masalah sama sekali dengan suaminya. Walau banyak lelaki yg menggoda, tak sedikitpun ada niat dia untuk mengkhianati Firman.

Tapi ada sesuatu yg berubah dalam diri Tiara ketika suatu hari dia secara tdk sengaja melihat anak lelakinya, Roby, sedang berpakaian setelah mandi. Dari balik pintu yg tdk tertutup rapat, Tiara dengan jelas melihat Roby telanjang. Matanya tertuju pada penis Roby yg dihiasi dengan bulu-bulu yg tdk terlalu lebat.

Sejak saat itu Tiara pikirannya selalu teringat pada tubuh telanjang anak lelakinya itu. Bahkan seringkali Tiara memperhatikan Roby bila sedang makan, sedang duduk, atau sedang apapun bila ada kesempatan.

“Ada apa si Mam, kok liatin Roby terus?” tanya Roby ketika Tiara memperhatikannya di ruang tamu.
“Tdk ada apa-apa, Rob.. Hanya saja Mama jadi senang karena melihat kamu makin besar dan dewasa,” ujar Tiara sambil tersenyum.
“Kamu sudah punya pacar, Rob?” tanya Tiara.
“Pacar resmi sih belum ada, tapi kalau sekedar teman jalan sih ada beberapa. Memangnya kenapa, Mam?” tanya Roby.
“Ah, tdk. Mama hanya pengen tahu saja,” ujar Tiara.
“Kamu pernah kissing?” tanya Tiara.
“Ah, Mama.. Pertanyaannya bikin malu Roby ah…” ujar Roby sambil tersenyum.
“Yee.. Tdk apa-apa kok, Rob.. Jujur saja pada Mama. Mama juga pernah muda kok. Mama mengerti akan maunya anak muda kok…” ujar Tiara sambil menjewer pelan telinga Roby. Roby tertawa.

“Ya, Roby pernah ciuman dengan mereka,” ujar Roby.
“ML?” tanya Tiara lagi.
“ML apa sih artinya, Mam?” tanya Roby tdk mengerti.
“Making LOve.. Bersetubuh…” ujar Tiara sambil mempraktekkan ibu jarinya diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah.
“Wah kalau itu Roby belum pernah, Mam.. Tdk berani. Takut hamil…” ujar Roby.

Tiara tersenyum mendengarnya.

“Kenapa Mama tersenyum?” tanya Roby.
“Karena kamu masih sangat polos, sayang…” kata Tiara sambil mencubit pipi Roby, lalu bangkit untuk menyiapkan segala sesuatunya karena Firman akan segera pulang.

Malam harinya, Tiara, Roby, dan Deris asyik menonton TV, sedangkan Firman sedang mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.

“Ciuman rasanya gimana sih?” tanya Deris ketika menyaksikan adegan ciuman di televisi.
“Ah, kamu.. Masih kecil! Tdk perlu tahu,” ujar Roby sambil mengucek-ngucek rambut Deris.
“Tdk boleh begitu, Rob.. Adikmu harus tahu tentang apapun yg dia tdk mengerti. Biar tdk salah langkah nantinya…” ujar Tiara sambil menatap Roby.
“Begini, Ris…” ujar Tiara.

“Ciuman itu tdk ada rasa apa-apa.. Tdk manis, pahit atau asin. Hanya saja, kalau kamu sudah besar nanti dan sudah merasakannya, yg terasa hanya perasaan nyaman dan makin sayang kepada pacar atau suami kamu…” ujar Tiara lagi.
“Ah, nggak ngerti…” ujar Deris.
“Mendingan Deris tidur saja, ah.. Sudah ngantuk…” ujar Deris.
“Ya sudah, tidurlah sayang,” ujar Tiara. Deris kemudian bangkit dan segera menuju kamar tidurnya.

Ketika menyaksikan adegan ranjang di televisi, Tiara bertanya kepada Roby,

“Apakah kamu sudah itu dengan pacarmu?”.
“Roby belum punya pacar, Mam.. Mereka hanya sekedar teman saja,” jawab Roby.
“Tapi kok kamu bisa ciuman dengan mereka?” tanya Tiara lagi sambil tersenyum.
“Ya namanya juga saling suka…” jawab Roby sambil tersenyum juga.
“Sudah sejauh mana kamu melakukan sesuatu dengan mereka?” tanya Tiara.

BANDAR POKER ONLINE - “Tdk apa-apa kok, Rob.. Bicara terbuka saja dengan Mama,” ujarnya Tiara lagi. Roby menatap mata ibunya sambil tersenyum.
“Ya begitulah…” kata Roby.
“Ya begitulah apa?” tanya Tiara lagi.
“Ya begiutlah.. Ciuman, saling pegang, saling raba…” ujar Roby malu malu. Tiara tersenyum.
“Hanya itu?” tanya Tiara lagi.

Roby melirik ke arah ayahnya yg sedang sibuk mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.

“Mama jangan bilang ke Papa ya?” ujar Roby.
Tiara tersenyum sambil mengangguk. Roby lalu beringsut mendekati Tiara.

“Roby pernah oral dengan beberapa teman wanita…” ujarnya sambil berbisik.

Tiara tersenyum sambil mencubit pipi Roby.

“Nakal juga ya kamu!” ujar Tiara sambil tersenyum.
“Rasanya bagaimana?” tanya Tiara sambil berbisik.
“Sangat enak, Mam…” ujar Roby.
“Tapi Roby dengar, katanya kalau punya Roby dimasukkan ke punya wanita rasanya lebih enak.. Benar tdk, Mam?” tanya Roby.

Tiara kembali tersenyum tapi tdk menjawab..

“Kamu mau tahu rasanya, Rob?” tanya Tiara sambil tetap tersenyum. Roby mengangguk.
“Sini ikut Mama…” ajak Tiara sambil bangkit lalu pergi ke ruang belakang. Roby mengikuti dari belakang.

Sesampai di ruang belakang, Tiara menarik tangan Roby agar mendekat.

“Ada apa sih, Mam?” tanya Roby.
“Karena kamu sudah dewasa, Mama anggap kamu sudah seharusnya tahu tentang hal tersebut,” ujar Tiara dengan nafas agak memburu menahan gejolak yg selama ini terpendam terhadap anaknya tersebut.
“Ciumlah Mama sayang…” kata Tiara sambil mengecup bibir Roby.

Roby diam karena tdk tahu harus berbuat apa. Tiara terus melumat bibir anaknya itu sambil tanggannya masuk ke dalam celana Hawaii Roby. Lalu dengan lembut diremas dan dikocoknya penis anaknya yang cukup nikmat Karena tdk tahan merasakan rasa enak, Roby dengan segera membalas ciuman Tiara dengan hangat.

Sambil terus mengocok dan meremas penis Roby, Tiara berkata, “Kamu ingin merasakan rasanya bersetubuh kan, sayang?”.

“Iya, Mam…” ujar Roby dengan nafas memburu.
“Mama juga sama, Rob.. Mama ingin merasakan hal itu dengan kamu,” ujar Tiara.
“Kapan, Ma?” tanya Roby sambil menggerakkan pinggulnya maju mundur karena enak dikocok penis oleh Tiara.
“Jangan sekarang ya, sayang…” ujar Tiara sambil melepaskan genggaman tangannya pada penis Roby.
“Yg penting kamu harus tahu bahwa Mama sangat sayang kamu…” kata Tiara sambil mengecup bibir Roby.
“Roby juga sangat sayang Mama,” ujar Roby.
“Sekarang Mama harus tidur karena sudah malam. Nanti Papamu curiga…” ujar Tiara sambil meninggalkan Roby.

Roby menarik nafas panjang menahan suatu rasa yg tak bisa diucapkan.. Tak lama Roby masuk ke kamar mandi.. Onani. Besok paginya, Firman sudah siap-siap pergi kerja sekalian mengantar Deris ke sekolah karena masuk pagi. Sementara Roby masuk sekolah siang. Dia masih tidur di kamarnya.

AGEN JUDI ONLINE - Setelah Firman dan Deris pergi, dengan segera Tiara mengetuk dan masuk ke kamar Roby. Roby masih tidur dengan hanya memakai celana Hawaii saja. Tiara tersenyum sambil duduk di sisi ranjang anaknya tersebut. Tangannya mengusap dada Roby. Dimainkannya puting susu Roby. Roby terbangun karena merasakan ada sesuatu yg membuat darahnya berdesir nikmat. Ketika matanya dibuka, terlihat mamanya sedang menatap dirinya sambil tersenyum.

“Bangun dong, sayang.. Sudah siang,” ujar Tiara sambil tangannya berpindah masuk ke dalam celana Hawaii Roby.

Diusap, dibelai, diremas, lalu dikocoknya penis Roby sampai tegang dan tegak. Roby terus menatap mata Tiara sambil merasakan rasa nikmat pada penisnya.

“Mau sekarang?” tanya Tiara sambil tetap tersenyum.
“Saya mau kencing dulu, Mam…” kata Roby sambil bangkit lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah selesai, segera dia kembali ke kamarnya.
“Lama amat sih?” tanya Tiara.
“Roby kan sikat gigi dulu, Mam…” ujar Roby sambil duduk di pinggir ranjang berdampingan dengan Tiara.
“Kenapa Mama mau melakukan ini dengan Roby?” tanya Roby.

Tiara tersenyum sambil mencium pipi anaknya itu.

“Karena Mama sangat sayang kamu. Juga Mama ingin mendapat kebahagiaan dari orang yg paling Mama sayangi.. Kamu,” ujar Tiara sambil kemudian melumat bibir Roby.

Roby membalasnya dengan hangat pula. Kemudian Tiara bangkit lalu melepas semua pakaian yg menempel di tubuhnya. Roby terus menatap tubuh ibunya dengan kagum dan nafsu.

“Buka celana kamu dong, sayang,” ujar Tiara.
“Iya, Mam…” ujar Roby sambil bangkit lalu melepas celana Hawaiinya.
“Sini, Rob…” ujar Tiara sambil berjongkok.

Tak lama mulut Tiara sudah mengulum penis Roby. Jilatan dan hisapannya membuat Roby bergetar tubuhnya menahan nikmat yg amat sangat.

“Mmhh.. Enakk, Mamm…” desah Roby sambil agak menggerakkan pinggulnya maju mundur.

Tiara melepas kulumannya, sambil tersenyum menatap wajah Roby yg tengadah merasakan nikmat, tangannya terus mengocok penis Roby.

“Gantian, Rob…” ujar Tiara.
“Iya, Mam…” ujar Roby.

Tiara lalu naik ke ranjang anaknya. Lalu segera dibukanya paha lebar-lebar.. Roby langsung mendekatkan wajahnya ke vagina Tiara. Lalu segera dijilatinya seluruh permukaan vagina Tiara. Tiara terpejam menahan nikmat. Apalagi ketika jilatan lidah Roby bermain di kelentitnya.. Mata Tiara terpejam, tubuhnya bergetar sambil menggoyangkan pinggulnya.

“Ohh.. Enakk.. Teruss, Rob…” desah Tiara.

Setelah sekian menit Tiara dijilati vaginanya, tiba-tiba tubuhnya bergetar makin keras, ditekannya kepala Roby ke vaginanya, lalu segera dijepit dengan pahanya.. Tak lama…

“Ohh.. Mhh.. Ohh…” desah Tiara panjang. Tiara orgasme.
“Ohh, enak sekali sayang.. Naik sini!” ujar Tiara.

Roby naik ke tubuh Tiara. Dengan segera Tiara melumat bibir Roby walau masih belepotan dengan cairan dari vagina Tiara sendiri.

“Masukkin sayang…” bisik Tiara sambil menggenggam penis Roby dan diarahkan ke vaginanya.

BANDAR JUDI ONLINE - Setelah itu, Roby langsung memompa penisnya di vagina Tiara. Mata Roby terpejam sambil terus mengeluarmasukkan penisnya.

“Bagaimana rasanya, Rob?” tanya Tiara sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan Roby.
“Nikmat sekali, Mam…” ujar Roby.

Tiara tersenyum sambil terus menatap mata anaknya. Tak lama, tiba-tiba tubuh Roby mengejang, gerakannya makin cepat..

“Roby mau keluar, Mam,” bisik Roby.
“Mmhh.. Keluarkan sayang, puaskan dirimu…” bisik Tiara sambil memegang pantat Roby lalu menekankan ke vaginanya keras-keras.

Tak lama.. Creett! Creett! Creett! Air mani Roby muncrat banyak di dalam vagina Tiara. Roby mendesakkan penisnya dalam-dalam ke vagina Tiara..

“Bagaimana rasanya sayang?” tanya Tiara.
“Sangat nikmat, Mam.. Lebih nikmat daripada oral…” ujar Roby sambil mengecup bibir Tiara.
“Roby sangat sayang Mama,” ujar Roby.
“Mama juga sangat sayang kamu,” ujar Tiara.

Lalu mereka berpelukan telanjang.

Jumat, 29 Juli 2016

Cerita Sex : Sebuah Kenikmatan Yang Berakhir Dengan Ciuman

Cerita Sex : Sebuah Kenikmatan Yang Berakhir Dengan Ciuman


Cerita Sex : Sebuah Kenikmatan Yang Berakhir Dengan Ciuman

AGEN POKER ONLINE - Cerita sex terbaru, Malam itu aku hanya dapat tidur nyenyak tiga jam saja. Kulihat waktu masih menunjukkan pukul 3 pagi lebih sedikit. Usahaku yg kuat untuk kembali tidur tak membuahkan hasil. Kulihat Indah masih tergeletak dalam keadaan tidur nyenyak di ranjangnya.

Pikiranku berkecamuk soal pekerjaan yg akan kuhadapi sehari lagi dan sama sekali belum kusiapkan. Kuputuskan untuk bangun dan duduk termenung di kursi didalam kamar penginapan. Kupandangi meja disebelahku yg penuh dengan botol-botol aqua, beberapa makanan kecil, dan kantung-kantung plastik yg tak ada isinya.

Kupindahkan semua barang diatas meja keatas laci, lalu kubersihkan meja itu. Kemudian aku mengambil semua berkas dan catatan tentang pekerjaanku dari dalam tas dan meletakkannya diatas meja. Kubaca satu persatu berkas tersebut dan memilah-milahnya menjadi beberapa bagian.

Bagian-bagian yg telah terpilah-pilah itu kubaca lagi dengan lebih teliti dan menguraikan isinya didalam otakku sehingga terbentuklah sebuah bahan informasi yg berhubung-hubungan satu sama lainnya. Beberapa data yg masih kurang demi kelengkapan data kucatat dalam jurnal kerjaku.

Kemungkinan-kemungkinan tdk kuperoleh data yg kuperlukan juga kucatat. Beberapa langkah alternatif untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuk muncul dan ikut kucatat. Dengan berusaha secermat mungkin berdasarkan data yg ada dan catatanku, aku mulai membuat rencana kerja. Setiap baris rencana yg kucatat kubayangkan pula langkah-langkah kerja yg akan kulakukan.

Setiap hal penting yg muncul dari bayanganku kutulis dalam jurnal. Kubaca lagi rencana kerja yg telah selesai kucatat, lalu kurangkai hubungan setiap langkah rencana kerja dan kubuat skemanya. Seusai mengulang dan merubahnya hingga kurasa cukup, kuhentikan kegiatanku tersebut. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 5.42 pagi. Konsentrasi tinggi serta posisi duduk dan letak meja didalam penginapan yg sebenarnya tdk ideal untuk dipakai kerja membuat leherku terasa pegal. Selesai mengemasi semua berkas dan catatan, kucoba berdiri dan memutar-mutar kepala untuk melemaskan otot leher dan punggung.

Kukenakan jaketku dan keluar dari kamar mencari hawa segar. Di teras kamar aku melakukan stretching selama beberapa menit. Kucoba berputar-putar di sekitar teras. Merasa bosan, kuambil rokokku yg selalu tersedia dalam saku jaket dan kusulut sebatang rokok. Setengah dari rokoknya telah habis ketika kulihat Indah keluar dari pintu kamar dengan menggunakan kaos oblong besar dan celana pendek sebatas paha.

“Sudah ngopi, Joe?”, tanyanya.

Aku menggelengkan kepala saja dan meneruskan merokok.

“Tumben Joe tidurmu sebentar, bangunmu pagi sekali ya, aku sempat melihatmu sibuk tapi karena masih ngantuk jadi aku pilih tidur lagi aja daripada membantumu”, komentarnya.
“Mbak sudah benar, kalau Mbak bangun dan membantuku, bisa-bisa tambah kacau”, kataku sambil memikirkan pekerjaan yg akan kuhadapi besok.
“Mmm.. gitu ya, jangan harap aku mau membatumu lagi ya”, katanya dengan nada bergurau.
“Ke kafetaria yuk”, ajakku dengan tak menghiraukan gurauannya.

Beberapa tamu penginapan yg ada di kafetaria menoleh ke arah Indah ketika kami memasuki kafetaria penginapan. Pura-pura tdk tahu gelagat para pria yg sedang menaksirnya, Indah mengajakku duduk di meja paling pojok. Aku masih cuek dengan keadaan sekelilingku tapi Indah agak gelisah dan mengeluhkan ajakanku ke kafetaria. Setelah memesan sarapan, Indah mulai membuka percakapan, tapi karena pikiranku masih di pekerjaan maka aku hanya berbicara sedikit.

“Kenapa sih Joe kamu kok banyak diam? nggak seperti biasanya”, tanya Indah.
“Nggak apa-apa Mbak, cuma mikir kerjaan besok”, jawabku santai.
“Buat apa dipikir sekarang, kan masih besok?”, tanyanya lagi.
“Daripada nggak ada yg kupikir”, jawabku.
“Kenapa nggak mikir aku saja?”, tanyanya dengan senyum genit.
“Rugi!”, jawabku singkat dengan bergurau tanpa kupikir akibatnya.
Sebuah cubitan langsung menancap di tangan kiriku.
“Aduh Mbak, sakit!”, keluhku agak keras sehingga agak terdengar dan menarik perhatian orang-orang disekitar kami.

Mungkin karena malu Indah segera melepaskan cubitannya.

“Tadi malam tangan kiri, sekarang kanan, Mbak kok suka sekali nyubit sih!”, keluhku.
“Aku nggak rugi, kok”, jawabnya santai.
“Enak saja, aku yg rugi Mbak, perusahaan tdk mengasuransikanku dari cubitan”, kataku serius.

Tak lama kemudian pesanan kami datang.

“Joe, katamu kamu belum pernah punya pacar, benarkah?”, tanyanya yg langsung kujawab dengan anggukan sambil meniup kopi panasku agar agak dingin.
“Itu karena pikiranmu belum dewasa. Caramu berbicara dengan wanita asal saja tanpa pernah kamu pikirkan akibatnya.

BANDAR POKER ONLINE - Kamu tdk akan bisa membuat wanita senang dengan cara ngobrolmu yg seperti itu.”, nasihat Indah padaku.

“Lha terus kenapa Mbak mau nginap denganku padahal aku kan nggak ngajak”, tanyaku dengan suara berbisik.
“Karena aku tahu bahwa kamu tipe pemuda gila kerja yg cuek dan jujur bukan tipe playboy perayu. Aku suka pemuda seperti itu, cuman terkadang cuekmu sangat keterlaluan. Kamu sendiri kenapa mau?”, jawabnya yg dilanjutkannya dengan pertanyaan.
“Mana bisa aku menolak dibawah ancaman cubitannya Mbak”, jawabku bergurau.
“Uhh.. kamu nggak pernah bisa diajak serius”, keluhnya dengan muka masam.
“Aku duarius Mbak, bukan serius lagi”, kataku ngotot yg hanya dibalas dengan senyumannya.

“Mbak, pria yg duduk disana ada yg ngelihatin Mbak terus, sepertinya naksir, mau kukenalkan Mbak”, kataku sambil menghabiskan roti bakarku.
“Memangnya kamu sudah kenal, Joe?”, tanyanya.
“Nanti setelah Mbak kukenalkan, ganti Mbak kenalkan saya”, jawabku sambil meneguk kopiku yg masih panas dengan hati-hati.
“Kamu jangan macam-macam, Joe!”, ancamnya padaku yg lagi menikmati rokok.
“Tampangnya sih oke tapi pria seperti itu hanya mau menangnya sendiri seperti bekas suamiku yg pertama”, sambungnya.

“Terus yg mengantar Mbak ke bus di Balikpapan, suami yg ke berapa?”, tanyaku halus.
“Dia yg kedua, tapi aku juga cuma istri keduanya, istri pertamanya ada di Jakarta dan mungkin tak tahu mengenai aku. Aku ke Banjarmasin ini juga karena dia mau mengunjungi istri dan anaknya di Jakarta”, jawabnya pelan.
“Kenapa Mbak mau dimadu?”, tanyaku tambah penasaran.
“Daripada hidup menjanda, jadi istri muda yg sering ditinggal suami saja seperti ini saja sudah susah apalagi jadi janda kembang”, jawabnya mengeluh.

“Eh Mbak, jangan besar kepala dulu, iya kalau kembang mawar atau melati, kalau kembang kamboja yg seperti di makam-makam, bagaimana? Pasti yg tertarik adalah golongan hantu-hantu, hehehe..”, gurauku merubah raut muka sedihnya menjadi kemarahan.
“Iya, terus akan kusuruh hantu-hantu itu nyubitin seluruh tubuhmu tak tersisa”, balasnya dengan senyum kemenangan. “Sudah Joe, ayo kembali ke kamar!”, ajaknya

Sesampai di kamar aku duduk termenung oleh pikiran pekerjaan diatas ranjang Indah yg lebih dekat dengan pintu kamar dibanding ranjangku. Sementara itu Indah melepas pakaiannya hingga tinggal ber-BH dan celana sambil mengambil handuk kering dari tasnya.

“Melamun apa Joe”, tanya Indah.

Berusaha menyembunyikan pikiranku kujawab seadanya,

“Ah nggak melamun kok, cuma membayangkan rasanya dicubit hantu seperti yg Mbak tadi bilang”.
“Pingin tahu rasanya?”, tanyanya dengan senyum menggoda dan menuju ke arahku.

Duduk tepat didepan tangan Indah sudah mulai merapat dengan tubuhku. Mengantisipasi cubitannya yg menyakitkan, kedua tangannya kutangkap dengan cepat.

“Mbak, jangan nyubit lagi Mbak, ampun Mbak..”, katau meminta belas kasihannya.
“Tdk Joe, yg ini pasti kamu suka, percaya deh..”, katanya meyakinkan.

AGEN JUDI ONLINE - Meski masih ragu tapi pegangan tanganku sudah mengendor dan tangan Indah telah mencapai bagian depan celanaku, usapan-usapannya yg halus diatas permukaan celana terasa sampai permukaan kulit kemaluanku. Raguku benar-benar hilang dan tangannya semakin bebas bergerak. Dengan mata terpejam kurasakan usapan tangannya berubah menjadi remasan yg menghanyutkan dan membuat batang kemaluanku semakin tegak mengeras hingga tampak sangat menonjol. Dengan serta merta ditariknya celana pendek dan celana dalamku sekaligus disertai hembusan nafas beratnya yg makin menggebu.

Indah membungkukkan badan dan mendekatkan bibirnya pada ujung batang kemaluanku. Kubelalakkan mataku ketika merasakan bibirnya benar-benar menyentuh ujung batang kemaluanku. Ciuman basah berimbuh kuluman yg dilakukannya pada ujung batang kemaluanku membuatku mendesah,

“Ah.. Mbak.. Mbak..”. Dalam hitungan menit aku mengalami shock kenikmatan.

Seusai kesadaranku berangsur pulih tanganku segera beraksi dengan membuka BHnya dan mengusap-usap punggungnya. Dengan membungkukkan badan kuraih kedua pantatnya yg masih dilindungi celana dalam, lalu kuremas dengan kedua tanganku.

Merasa kerepotan membungkukkan badan, tubuhku kembali kuluruskan. Kemudian tempurung lutut kananku dengan sengaja kugesekkan pada selakangannya. Gesekkan tempurung lutut pada bagian depan celana dalamnya ternyata sangat merangsangnya hingga melepas kuluman pada ujung batang kemaluanku. Sibuk mengimbangi gesekkan tempurung lutut, Indah hanya memegang erat batang kemaluanku. Karena tak sabar lagi menahan keinginan untuk menikmati rangsangan yg lebih dari gesekkan tempurung kakiku pada daerah kemaluannya yg masih dibalut celana dalam, ia menegakkan badannya kembali. Dalam posisi berjongkok didepanku ia berusaha melepas celana dalamnya.

Kedua kakinya mulai ditarik kebelakang, selakangannya menindih mulutku, bibir dan lidahkupun makin berpolah diseluruh bagian kemaluannya. Posisi Indah yg berada diatas tubuhku segera dimanfaatkannya untuk kembali bermain dengan batang kemaluanku. Mengimbangi rangsangan yg kuberikan pada daerah kemaluannya, Indah mengulum batang kemaluanku. Selama beberapa menit kami berdua saling memberi dan menerima rangsangan dengan aksi 69 seperti yg pernah kuingat dalam beberapa cerita temanku sebelumnya.

Indah menghentikan babak pemanasan dengan menarik tubuhnya, berbaring terlentang sambil menarik tanganku memberi tanda untuk segera menindihnya dan memasukkan batang kemaluanku pada liang kenikmatannya. Tapi kali ini aku ingin bereksperimen. Kubaringkan badanku disebelah kirinya dan kuhadapkan tubuhku kearahnya. Kaki kirinya kuangkat sedikit keatas dan kuletakkan diata pinggulku sehingga batang kemaluanku yg telah mengeras dapat masuk dengan posisi miring. Setelah agak nyaman, kuberi pinggulku dorongan maju-mundur yg semakin cepat. Tangan kiriku yg bebas meremas kedua payudaranya bergantian. Berbaring nyaman, tubuh Indah mulai bergoyang seirama dengan gerakanku.

Seiring dengan goyangan tubuhnya, Indah mendesah-desah,

“Ssh.. ssh.. Joe, mmh..”. Kuperlambat gerakanku untuk memperpanjang babak ini. Kudorong sisi kiri tubuh Indah sehingga membelakangiku dan sama-sama menghadap kesamping kanan. Kurapatkan dadaku pada punggunya hingga bergesek. Kudorong lebih dalam batang kemaluanku dalam liang kenikmatannya, lalu kugerakkan pinggulku maju mundur. Kedua tanganku memegang kedua payudaranya dari belakang badannya. Kucumbu tengkuk kirinya dan sesekali kukulum telinga kirinya. Beberapa saat kemudian tubuh Indah bergetar seiring dengan klimkaksnya. Getaran klimaksnya seakan menghanyutkan pertahananku hingga akhirnya puncak ledakanku tak dapat kutahan lagi.

Kepuasan yg kuperoleh mengantarkanku pada dunia mimpi. Tertidur pulas selama beberapa jam akhirnya aku terbangun oleh suara ketukan pintu. Setelah kukenakan celana pendek kubuka pintu, ternyata yg ada dihadapanku adalah Indah yg telah kembali balik kekamar setelah keluar entah kemana dan berapa lama.

“Ya ampun Joe, kamu baru bangun!”, teriak Indah.
“Hmm.. emangnya kenapa Mbak?”, tanyaku
“Sudah jam berapa ini? Hampir jam 3 sore tahu!”, tanyanya yg kemudian dijawabnya sendiri dengan menunjuk jam tangannya.

BANDAR JUDI ONLINE - Tanpa komentar sedikitpun aku meninggalkannya menuju kamar mandi sambil membawa pakaian ganti yg telah kuambil dari dalam tasku. Seusai mandi dan mengenakan pakaian aku keluar dari kamar mandi. Kulihat Indah duduk didepan meja dan mengeluarkan bungkusan yg berisi beberapa roti basah diatas meja.

“Kamu sudah makan Joe? pasti belum, kalau tidur kamu kok kuat sekali!”, omelnya.
“Mbak, boleh minta rotinya!”, kataku dengan halus.
“Makan aja, kalau tahu kamu baru bangun sudah kubelikan makan tadi”, katanya.

Setelah melahap 3 potong roti, aku bertanya padanya,

“Dari mana saja Mbak kok dapat roti enak?”
“Tadi aku silaturahmi ke tempat saudara-saudara dan pulangnya dibawain ini”, jawabnya.
“Oh ya Joe, karena besok kamu sudah mulai bekerja, nanti malam aku akan menginap di Banjar Baru agar tdk mengganggumu. Sekalian saja aku pamitan padamu jika dalam beberapa hari kedepan kita tak bisa ketemu lagi. Ini notanya kamar sudah aku bayar sampai malam ini, jadi besok kalau kamu keluar dari sini jangan kamu bayar lagi tapi kalau melanjutkan silakan bayar sendiri ya. Terima kasih banyak ya mau menemanin aku.”, kata Indah dan mencium pipiku.

Terkejut oleh ucapannya yg panjang dan mengagetkan aku hanya mengucapkan “Terima kasih banyak, Mbak”.
Kemudian Indah meninggalkan penginapan sementara aku hanya dapat termenung.

Tiba-tiba aku merasakan sebuah rasa kesepian menyelinap masuk dalam hatiku padahal sejak lama aku terbiasa bepergian jauh seorang diri bahkan dengan jangka waktu yg lebih lama dari ini, tapi kali ini beda. Rasanya ada sesuatu yg hilang, tapi entah apa itu.

Minggu, 24 Juli 2016

Cerita Sex : Hubungan Intim Yang Terlarang

Cerita Sex : Hubungan Intim Yang Terlarang


Cerita Sex : Hubungan Intim Yang Terlarang

AGEN POKER ONLINE - Bagi saya, ini adalah aib yg seharusnya tdk dibeberkan kepada orang lain. Aib yg sangat berpengaruh pada kehidupan saya jika ini terbongkar. Namun Cerita sex terbaru ini perselingkuhan dengan isitri temanku berani saya ungkapkan disini, karena kerahasiaan bisa terjaga.

Nama saya Bimo, usia saya kini 29 tahun. Istri saya (yg saya nikahi 3 tahun yg lalu) bernama Dina. Kami bertemu saat kuliah, dia lebih muda dua tahun dari saya. Manis menurut saya dengan tinggi 160 cm. Saya sangat mencintai istri saya karena sangat pengertian.

Kami sudah mempunyai anak (laki-laki) berumur 1,5 tahun, lucunya anak saya ini, saya bisa tahan bermain dengannya sampai berjam-jam. Itulah sebabnya saya sering berkata kepada teman-teman saya bahwa kebahagiaan abadi adalah jika kamu pulang dari kantor kemudian bermain bersama anakmu.

Namanya Jason, sengaja saya namakan demikian karena saya sangat suka dengan point guard Phoenix Sun yaitu Jason Kidd. Untungnya dia juga sudah mulai suka memantul-mantulkan bola ke tanah, sebuah dasar permainan basket.

Saya bekerja disebuah perusahaan multinasional yg bermarkas di Jerman. Penghasilan saya lumayan, lebih dari cukup malah, sehingga saya bisa tinggal di perumahan elite di pinggir kota Jakarta. Namun saya lebih suka hidup sederhana, mobilpun hanya punya satu.

Saya punya sobat kental yg bernama Doni. Persahabatan saya dengan Doni sudah terbina sejak kami masih sama-sama TK. Usianya sama dengan saya, kami hanya berbeda satu bulan (saya lebih tua). Perkenalan saya dengan Doni terjadi karena kami saling berebut kue ulang tahun yg dibawa oleh teman kami. Saat itu, seperti layaknya anak kecil kami bertengkar yg kemudian berkembang menjadi perkelahian ala anak kecil.

Doni sempat terjengkang saat itu, demikian juga saya yg terjatuh karena kaki saya ditendangnya setelah ia terjatuh kena pukulan saya. Dilerai oleh guru, kamipun akhirnya berkenalan. Hukuman yg diberikan Ibu Yanti adalah selama satu bulan selama di sekolah, kami harus bersama terus. Ternyata hukuman seperti ini sangat efektif karena sejak saat itu pula kami selalu bersama. (Hukuman dari Ibu Yanti ini sepertinya bisa dicontoh oleh guru-guru lain…..).

Kebersamaan kami tdk hanya di TK. Ketika masuk SD, kami ingin sekali untuk tetap bersama. Kebetulan niat kami ini menjadi kenyataan. Kami masuk ke sebuah SD swasta yg terkenal amat disiplin. Seingat saya, kami hanya sekali terpisah selama SD, SMP dan SMA, yaitu kelas empat SD. Sisanya kami selalu sekelas. Hingga SMA kami selalu mempunyai prestasi di sekolah yg hampir sama. Jika Doni dapat ranking tiga maka saya dipastikan akan berada di peringkat dua atau empat. Terhitung saya unggul lima kali dan Doni tujuh kali.

Kedekatan saya dengan Doni juga mengimbas ke kedua orangtua kami. Saya sudah seperti anak sendiri di depan orangtuanya demikian pula sebaliknya. Ketika kecil, kami sering bergantian menginap. Ini memang memudahkan kedua orangtua kami untuk mengontrol kami. Kalau saya menginap di rumah Doni, maka ibunya segera menelepon ibu saya dan mengatakan bahwa saya menginap dirumahnya. Hal serupa juga terjadi pada Doni.

Satu-satunya yg berbeda pada kami hanya sifat. Saya orang yg mudah sekali bergaul. Setiap ada pertemuan, hampir dapat dipastikan saya menjadi centre of attention karena kemampuan saya untuk berbicara. Doni sebetulnya bukannya tdk baik berkomunikasi, ia hanya lebih pendiam, itu pula yg membuatnya tampak lebih berwibawa dibanding saya.

Hobi kamipun sama yaitu main sepakbola dan basket. Jika main sepakbola, Doni biasa menempati posisi wingback kanan, sedang saya gelandang bertahan. Karena wibawanyalah, Doni selalu menjadi kapten saat bermain sepakbola. Di basket, posisi yg sering di tempatinya adalah posisi small forward. Saya sendiri biasa diposisi shooting guard.

Kami memang ditakdirkan untuk bersahabat. Selain hobi dan tetek bengek lain yg sama, kami sama-sama bungsu dari empat bersaudara. Jumlah kakak perempuan dan laki-laki pun sama, hanya berbeda urutan. Keluarga Doni, laki-laki-perempuan -perempuan- laki-laki sedang saya, perempuan-laki- laki-perempuan- laki-laki.

BANDAR POKER ONLINE - Tinggi kami berdua tdk berbeda jauh yaitu sekitar 180 cm, hanya saja Doni lebih tinggi dari saya sekitar satu cm. Penampilan fisik kami, kalau boleh saya sedikit sombong, sangat OK. Banyak teman-teman wanita kami yg tertarik kepada kami.

Ketika kuliah (tempatnya juga sama di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, jurusan manajemen), kami tetap satu kost. Tapi karena namanya juga kost-kostan, kami tdk bisa memilih untuk bersebelahan kamar. Doni mendapat kamar di lantai dua sedang saya dilantai satu.

Prestasi kami saat kuliah juga hampir mirip dengan prestasi kami di TK-SD-SMP-SMA, hanya saja kali ini karena kuliah kami tdk mungkin sekelas terus. IP kami yg selalu mirip, kisarannya sekitar 2,7-2,8. Yg ajaib, saat sebelum sidang sarjana, IPK kami sama persis yaitu 2,76. Karena malam sebelum sidang (kami sidang berbarengan) saya sibuk menjadi mentor bagi Doni, akhirnya saat sidang sesungguhnya saya hanya mendapat nilai B dan Doni justru A. Akan tetapi, hal ini bukanlah masalah bagi saya.

Dua tahun terakhir sebelum lulus, Doni tertarik dengan gadis sekampus kami yg berada di angkatan dua tahun lebih muda. Nama gadis tersebut Nadia. Rupanya sangat cantik, berhidung mancung, berkulit putih mulus, berdarah bule sedikit (ayahnya indo-belanda) . Tingginya sekitar 175 cm dengan berat badan yg sangat proporsional. Yg kurang proporsional menurut saya hanyalah dadanya yg sedikit kebesaran. Singkat kata Nadia sangat seksi. Jujur saja, saya sempat suka dengannya.

Awal-awal pendekatan, Doni selalu mengajak saya bila apel ke rumah Nadia. Alasannya singkat saja

“Loe khan pinter ngomong…”. Karena saat itu saya juga belum punya pacar, kami sering sekali jalan bertiga.

Tak heran jika Nadia kemudian dekat juga dengan saya. Kedekatan saya dengan Nadia bahkan sudah melebihi kedekatannya dengan Doni. Ini saya anggap sudah sangat berbahaya, jadi akhirnya saya memutuskan untuk tdk lagi menemani Doni.

Pendekatan Doni untuk mencairkan hati Nadia berlangsung cukup lama, kurang lebih 1,5 tahun. Malah akhirnya saya yg lebih dahulu mendapat pacar, yaitu Dina yg saya dekati selama kurang lebih enam bulan. Dan tak lama (kurang lebih satu bulan) setelah saya dan Dina resmi pacaran, merekapun menyusul resmi berpacaran. Bahagianya hati kami saat itu.

Nadia juga yg mempunyai usul agar kami mengontrak rumah bersama (maksudnya saya dan Doni). Dan usulan ini kami anggap sangat bagus dan enam bulan sebelum lulus, kami pindah kerumah kontrakan kecil berkamar dua. Nadia dan Dina sering datang dan mengurusi segala kebutuhan kami, dari mulai makan hingga keperluan kami sehari-hari. Saat itu kami merasa sebagai dua cowoq paling beruntung di dunia.

Kebiasaan kami untuk menjaga keamanan adalah sistem bawa kunci sendiri-sendiri. Setiap saat pagar rumah di gembok dan pintu rumah dikunci, ada atau tdk ada orang. Kebiasaan Doni jika pulang kerumah adalah teriakannya yg khas

“Permisi…! “, saya tdk mempunyai kebiasaan itu. Ini pula akhirnya yg menjadi tanda siapa yg pulang.

Setelah lulus, kami sibuk mencari kerja kesana kemari. Doni lah yg paling beruntung diantara kami. Baru sebulan lulus, dia sudah menerima panggilan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, sedang saya juga sudah sering terima surat balasan, tapi isinya kerap berisi penolakan.

Sebulan setelah dipanggil, Doni dinyatakan diterima di perusahaan tersebut. Inilah yg membuatnya menjadi sering bolak balik Jakarta-Bandung. Saya menjadi sering sendirian di rumah, walaupun Dina masih sering datang dan menemani saya. Saya dan Doni walaupun mempunyai pacar yg sering berkunjung ke rumah, sangat menjaga pergaulan. Saya dan Dina kerap hanya berciuman dan berpelukan jika dirumah, demikian pula dengan Doni dan Nadia. Kami juga menjunjung sopan santun yg menjadi dasar budaya suku kami.

Suatu hari, saat saya sedang sendirian dirumah, Nadia menelepon. Saya katakan bahwa Doni belum pulang dari Jakarta. Namun, rupanya Nadia justru ingin berbicara dengan saya. Mulanya saya pikir hanya akan berbicara di telepon, paling nanya soal Doni, pikir saya. Rupanya Nadia ingin berbicara langsung dengan saya dan meminta ijin untuk datang. Saya ijinkan, kebetulan Dina kuliah sampai malam dan baru besok datang ke rumah kontrakan ini.

Kira-kira pukul satu, dengan mukanya yg ceria Nadia datang. Setelah mengunci pagar dan pintu kami duduk di ruang tamu (kebetulan, ruangan dirumah ini selain dua kamar tidur, hanya ruang tamu ini). Nadia saat itu mengenakan pakaian yg sudah menjadi ciri khasnya, jeans ketat, kaus juga ketat dengan rompi diluarnya.

AGEN JUDI ONLINE - Kami berbincang-bincang dan bercanda cukup lama. Kami memang sangat nyambung jika ngobrol, jadi obrolan seakan mengalir tanpa diatur. Sampai tiba-tiba Nadia menundukan kepalanya dan ketika kepalanya terangkat lagi, saya llihat butiran airmata mengambang disudut matanya.

“Nad, kenapa…?” aku segera bertanya sambil berjalan mendekatinya.

Dengan mata merah dan airmata yg siap meleleh, Nadia berkata bahwa suasana seperti ini sudah lama ia harapkan. Saya jadi bingung akan maksudnya berkata seperti itu.

“Gue sangat mengharapkan bisa ngobrol berdua sama loe sudah sejak lama Bim,” ucap Nadia sambil menyeka airmatanya.

Saya berlutut didepannya sambil bertanya lagi maksudnya apa. Ia mengulangi perkataannya dan menambahkan bahwa maksudnya adalah ngobrol berdua dengan saya.

Saya masih kebingungan dan tak bisa berbicara ketika dari mulut Nadia keluar pernyataan yg mengagetkan,

“Gue sebetulnya suka sama loe, Bim”. Hah? Saya terlonjak kaget dan tetap tak mampu berkata-kata.

Kemudian Nadia menambahkan bahwa dirinya sangat terpukul ketika tahu bahwa saya dan Dina resmi pacaran. Harapannya musnah, impiannya melayg, angannya terbang yg berakibat ia akhir luluh didepan Doni. Bersedianya ia menjadi pacar Doni rupanya terdorong rasa kecewanya gagal mendapatkan saya. Atas dasar itu juga Nadia memberikan usul agar saya dan Doni tinggal dirumah kontrakan ini, maksudnya agar ia bisa setiap hari melihat saya, sekedar melihat saya.

Semakin lama berpacaran dengan Doni, hatinya justru semakin kuat melekat pada diri saya. Ia tahan berada di rumah ini hanya untuk melihat segala aktivitas saya seharian, walaupun itu dilakukannya dalam pelukan dan belaian Doni. Tak dipungkirinya, Doni sangat ia sayangi, tapi cintanya tetaplah pada saya. Ia membutuhkan orang yg mampu menjadi tempat bertanya, Doni tdk memiliki itu. Sifat dasar kamilah yg akhirnya menjadi penentu bagi Nadia.

“Bim, maukah kamu peluk Nadia?” Saya terdiam sejenak, sungguh tak mampu berkata-kata.

Memeluk Nadia? Bagi laki-laki lain kesempatan ini tdk akan dibiarkan hilang, tapi bagi saya, memeluk Nadia dengan kehangatan cinta adalah pengkhianatan terhadap Dina dan Doni. Akhirnya segala perdebatan di kepala saya perlahan-perlahan saya singkirkan.

Pelan-pelan tangan saya mencari pinggang Nadia dan mendekatkan tubuh saya kepadanya. Sejenak saya merasakan dada saya menabrak segumpal benda kenyal di dada Nadia. Tangan Nadia kemudian melingkar dipundak saya dan segera menarik saya agar lebih menempel pada tubuhnya. Seketika saya merasakan himpitan kekenyalan dadanya di dada saya. Nadia memeluk saya dengan kuat dan mulai mencium leher saya sambil berkata pelan dikuping saya,

”Thanks Bim, I love you,”.

Saya hanya tercenung mendengar ucapannya. Kemudian sambil tetap berpelukan ia mengatakan bahwa jika ia menjadi istri Doni, mungkin ia tdk akan pernah merasakan keindahan seperti ini. Seumur hidup ia mencari cowoq ideal buatnya dan baru kali ini menemukannya dalam diri saya. Nadia memang baru sekali pacaran yaitu dengan Doni. Sangatlah menyesal jika apa yg menjadi impiannya harus lepas walaupun sudah berada di depan mata. Mendengar penuturannya, saya hanya berkata bahwa saya juga amat sayang dengannya, tapi kata-kata saya terhenti oleh sebab yg hingga saat ini saya tdk tahu apa, dan dengan lembut saya mencium pipinya.

Nadia tertunduk dipundakku sambil tersenyum dan membalas ciuman itu pada pipi kiriku. Mungkin karena terbawa suasana, Nadia dengan gerak refleksnya langsung mencium bibir saya dan menahannya lama. Ketika dilepaskannya ciuman itu, ia tertunduk malu atas kelakuannya, tapi wajahnya terlihat tersenyum.

“Maaf Bim, mudah-mudahan kamu ngga marah,” ujarnya singkat.

Saya hanya diam dan baru sadar ketika Nadia menarik tubuh saya dan tubuhnya direbahkan di karpet. Saya merasakan desiran hangat di sekitar kemaluan saya dan menyadari bahwa milik saya itu sudah menegang menekan perut bagian bawah Nadia.

Tanpa pikir panjang, saya mencium bibir Nadia dan dibalas dengan sangat panas olehnya. Sambil terus berciuman, saya melepaskan pelukan dan mulai meraba tubuh Nadia yg putih mulus itu. Tdk ada dalam pikiran saya untuk berbuat lebih. Jemarinya juga tdk tinggal diam mulai menjelajahi dan mengusap-usap punggung saya.

Lama kami bergumul dikarpet ruang tamu itu, berciuman, menciumi leher masing-masing dan menjilatinya. Kurang lebih sekitar 45 menit kami bercumbu sampai akhirnya saya berinisiatif menghentikannya. Dengan nafas tersengal-sengal, Nadia memandangi saya dengan wajah sedikit kesal.

“Kenapa Bim?” tanya Nadia.
“Jangan Nad, nanti keterusan,” jawab saya.

BERITA JUDI ONLINE - Saya duduk di sofa dan sesaat kemudian Nadia duduk disebelah saya dengan merapatkan tubuh dan menggelendot manja. Kata-kata terimakasih mengalir dari bibir ranum yg baru saja saya kulum itu. Ia merebahkan kepalanya di dada saya dan memeluk saya erat.

Sejak itu, selama sebulan, kami mengulangi perbuatan yg sama setiap Doni harus ke Jakarta. Jadwal kuliah Dina bisa dengan mudah diketahui Nadia karena mereka sekampus dan setiap hari Nadia dan Dina kebagian jadwal yg berbeda.

Sikap kami didepan Doni juga tdk berubah. Sehari-hari kami berusaha menjaga kewajaran. Semua ini dengan tujuan agar tdk diketahui oleh masing-masing pasangan kami. Didepan saya, Nadia tetap manja dengan Doni dan saya tetap mesra didepan Dina.

Dan kami mengulang lagi apa yg sudah sering kami lakukan saat Doni ke Jakarta. Dina sudah pulang saat Nadia datang. Karena saya ingin mandi dahulu, tdk saya ketahui ketika Nadia sudah bertukar pakaian. Yg saya ketahui, ia sudah mengenakan bicycle pant pendek dan kaus oblong putih saat saya selesai mandi. Darah saya mendesir ketika Nadia menghampiri saya. Ia tampak sangat seksi dengan lekuk tubuh yg terbayang di kausnya.

Langsung ia memeluk saya dan kami mulai lagi bercumbu. Saat itu saya juga hanya bercelana pendek. Desiran hangat mengalir deras di sekitar kemaluan saya ketika saya menindih Nadia. Tangan saya mengusap-usap punggungnya juga tangannya melakukan hal yg sama. lehernya habis saya ciumi dan saya jilati. Desahnya semakin menderu.

Entah setan apa yg lewat, saya kali memberanikan diri memasukan tangan saya ke dalam kausnya. Saya raba perutnya yg indah dan perlahan-lahan mulai naik ke arah dada. Tak saya kira sebelumnya, Nadia bukannya melarang malah membimbing tangan saya menuju dadanya. Seumur hidup, baru sekali ini saya merasakan gumpalan kenyal didada ceweq, bahkan milik Dina pun saya tak berani.

Tangan saya terdiam diatas dadanya dan kemudian tangannya diletakan diatas tangan saya dan mulai meremas. Tangan saya jadi ikut meremas dadanya. Wow, saya sungguh baru sekali ini merasakan lembutnya gumpalan kenyal milik ceweq. Semakin keras saya remas, Nadia semakin keras mendesah.

Tiba-tiba saya merasakan ada yg meraba kemaluan saya. Saya lihat, jemari Nadia mulai meraba dan juga meremas-remas milik saya yg sudah mengeras itu. Tangannya kemudian mulai menyelusup ke dalam celana saya dan juga menyelusup kedalam celana dalam yg saya pakai. Seketika aliran darah disekitar kemaluan saya bertambah deras. Tak mau kalah, saya langsung membuka kaitan bra yg dipakai Nadia dan segera kembali meremas buah dadanya (Saya gambarkan sedikit, buah dada Nadia mempunyai ukuran yg besar bagi ukuran ceweq indonesia. Mungkin karena perawatan yg baik, buah dadanya masih kencang).

Semakin panas permainan kami ini sampai akhirnya kami membuka seluruh pakaian kami dan saling memberikan senyuman. Tak habis-habisnya saya memandangi tubuh telanjang Nadia dengan sebentuk tubuh yg seksi dan indah. Tdk mungkin cowoq tdk terangsang jika melihat tubuh indah seperti yg dimiliki Nadia.

Kali ini giliran Nadia yg menciumi dan menjilati seluruh tubuh saya. Milik saya sudah mengacung tegang dan jilatan berikut ciuman Nadia makin turun kebawah. Saya rasa saya sudah tdk tahan lagi. Saya langsung bangun dan merebahkan Nadia diranjang. Nadia malah mendekap saya ketika saya bergerak akan menindihnya. Milik saya yg sudah menegang itu menempel keras di kemaluannya yg berbulu lembut disekitarnya.

Desahnya makin terdengar ketika gesekan terjadi. Nafsu sudah menguasai kita berdua dan semakin mengkungkung kami saat ujung kemaluan saya menyentuh mulut kemaluannya. Kakinya berusaha menahan badan saya agar tdk mendorong tubuhnya lebih dalam. Rintihan kesakitan terdengar saat saya mulai kembali menekan tubuhnya. Saya sama sekali tdk ingin memasukan milik saya kedalam kemaluannya, bagaimanapun itu adalah hak suaminya kelak.

Tiba-tiba tangannya meraih milik saya dan menggesek-gesekan ujung milik saya itu dimulut kemaluannya. Badan terlonjak-lonjak, sayapun merasakan sensasi yg luar biasa. Kenikmatan yg tdk ada bandingannya. Tubuh saya bergetar menahan nafsu yg semakin memuncak. Tiba-tiba tubuh Nadia menegang dan terlonjak amat keras ke kasur. Saya dengar desahnya sempat sangat keras dan perlahan mereda.

“Sayangku, aku udah ngga tahan lagi,” ujarnya setengah membisikiku.

Kebimbangan segera hinggap dikepalaku. Wajahnya memancarkan kehangatan yg berbeda dan saya menjadi tdk berakal. Pelan-pelan saya dorong tubuh saya dan milik saya perlahan-lahan masuk ke mulut kemaluannya. Wajahnya meringis menahan sakit sambil terus mendorong tubuh bagian bawah saya agar perlahan terus masuk.

Mulut kemaluannya terasa sangat sempit. Saya lepas kembali dan perlahan-lahan saya masukan lagi. Begitu berulang-ulang sampai akhirnya saya sudah tdk tahan lagi dan seketika menerobos mulut kemaluannya dengan ganas. Ia terlonjak kaget dan saya lihat airmatanya meleleh tapi wajahnya tersenyum,

“Ohh…sayangku. ..,” desahnya sambil memelukku erat.

Tubuh saya mulai bergerak naik turun dan saya merasakan desiran hangat di seluruh kemaluan saya. Terasa ada yg memijit-mijit seluruh permukaan milik saya itu. Walaupun sambil menahan sakit, Nadia terlihat sangat menikmati permainan kami tersebut. Permainan yg sama-sama baru kita rasakan sekarang.

Tak sampai sepuluh menit, mungkin karena masih sama-sama baru, saya merasakan nikmatnya muncratan cairan hangat dari kemaluan saya didalam rongga kemaluan Nadia. Kemaluannya seketika menjadi hangat dan dipenuhi oleh cairan kental dari kemaluan saya.

Nadia memeluk saya dengan sangat erat, ia sesegukan menahan tangisnya, bibirnya bergumam menyebutkan bahwa ini adalah yg pertama baginya. Kami berpandang-pandangan dan saya kemudian bertanya apakah ia menyesal?

Kaget saya dibuatnya ketika dengan cepat ia menggeleng dan berkata,

”Nadia melakukannya dengan orang yg memang menjadi idaman Nadia dari dulu, Nadia tdk menyesal…, ” tuturnya diiringi senyuman di bibirnya.

Mungkin karena gemas, ia mencium bibir saya lagi dan memainkan lidahnya didalam mulut saya.

Sejak peristiwa “the first time” yg kami alami itu, kami menjadi semakin terobsesi untuk mengulang kejadian itu dan mereguk kenikmatan yg tdk pernah kami rasakan sebelumnya.

Semua tingka laku kami memang tetap biasa, tdk ada yg berubah. Saya tdk ingin hubungan saya dengan Dina berantakan karena kegiatan Nadia dan saya tercium, terlebih lagi terhadap Doni, sobat kental saya yg sudah saya anggap sebagai saudara kembar itu. Tetapi semua itu akan segera berubah menjadi nafsu terpendam ketika Doni dan Dina tdk ada. Kami melakukan lagi dan lagi dan lagi…..seperti tdk ada lagi hari esok dengan makin panas dan bernafsu.

Saya dan Nadia tetap melakukan persetubuhan kami ini sampai saat menjelang mereka menikah. Bisakah anda bayangkan? Tiga hari sebelum menikah, kami masih sempat melakukan persetubuhan itu. Ditengah waktu yg sempit kami melakukannya di dalam kamar kakak Nadia yg memang kosong. Letak kamar tersebut di paviliun rumah Nadia. Itu kami lakukan ditengah-tengah kesibukan orang-orang mempersiapkan rumah untuk upacara perkawinan Doni dan Nadia.

Selama sebulan setelah pernikahan mereka (Saya dan Dina menikah sebulan lebih dulu dari mereka), saya dan Nadia menghentikan perbuatan biadab tersebut. Sampai suatu hari Doni menelepon saya dan memberitahu bahwa ia akan tugas ke Eropa selama seminggu sambil menanyakan titipan apa yg saya mau. Saya menjawab sekenanya karena bayangan saya segera lari ke tubuh indah Nadia yg sudah sering saya reguk tersebut. Dan benar saja, sepuluh menit setelah itu, Nadia gantian menelepon saya dan mengajak saya bertemu di sebuah hotel di daerah Jakarta Selatan.

Kami akhirnya melakukan perbuatan laknat itu lagi dari siang hingga sore hari seakan kerinduan selama sebulan terobati dengan tiga kali hubungan badan yg kami lakukan.

Itulah perbuatan kami yg pertama setelah Nadia dan Doni menikah. Sebulan kemudian, saya mendengar dua kabar baik bahwa Dina dan Nadia tengah hamil. Saya dan Doni terlonjak kegirangan karena Dina dan Nadia sama-sama hamil satu bulan.

Kini, Jason dan Grant (anak Doni dan Nadia, diberi nama itu karena Doni sangat mengidolakan Grant Hill, power forward Detroit Piston) sudah berumur 1,5 tahun. Keduanya lincah dan cerdas. Hobi mereka sama. Karena saya dan Doni memang membeli rumah yg bersebelahan, otomatis Jason dan Grant menjadi dua sahabat kecil selalu rukun.

Grant dan Jason terlihat persis seperti saya dan Doni. Saya sering mendengar Doni memuji Grant dengan bangga sampai saya sempat kaget ketika sambil dengan muka ceria Doni berkata,

“Mukanya mirip banget sama elo Bim, liat aja tuh, ngga salah gue punya sobat kayak elo,” seketika saya melihat Grant dan memang benar, ciri-ciri fisiknya sama dengan saya sehingga Grant dan Jason selintas seperti adik kakak.

Kemudian dengan cepat pula mata saya memandang Nadia yg tersenyum dan begitu bertemu muka dengan saya, ia mengangguk pelan sambil tersenyum ke arah saya…..

Itulah kisah saya yg panjang dan njelimet, mudah-mudahan tdk bosan. Saya hanya ingin cerita ini dibaca lengkap agar pembaca bisa memahami posisi saya dengan baik. Melalui forum ini pula saya ingin meminta maaf kepada sahabat saya, Doni atas perbuatan kami. MAAFKAN AKU, SOBAT.

Hubungan intim saya dengan Nadia memang tdk sesering dulu lagi, tapi bagaimanapun saya adalah yg pertama untuknya dan ia adalah yg pertama bagi saya. Sulit untuk melupakan yg pertama, sebisa mungkin kami mencoba untuk mengulanginya dan merasakan keindahannya lagi.

Jumat, 22 Juli 2016

Cerita Sex : Sebuah Perselingkuhan Yang Nikmat

Cerita Sex : Sebuah Perselingkuhan Yang Nikmat


Cerita Sex : Sebuah Perselingkuhan Yang Nikmat

AGEN POKER ONLINE - “Lho, Memang Papa juga tdk sakit menyaksikan Mama ngesex dengan orang lain?” balasku tak mau kalah.
“Ma, Justru disitulah seninya, ada perasaan sakit hati, cemburu, nafsu, dan lain lain” Istriku terdiam, mungkin mencoba mencerna kata-kataku.

Lama kami terdiam dengan pikiran kami masing-masing, akhirnya..

“Baiklah Pa, Mama setuju, tapi harus dengan pasangan yg bersih! Bukan cowok/cewek panggilan!” Lega rasanya mendengar kalimat yg aku tunggu-tunggu dari mulut istriku.

Aku langsung mencari-cari pasangan yg mau just fun dengan kami, email-email dari pengirim cerita cerita seks yg menceritakan tukar pasangan aku kirimin ajakan dan setelah sekian lama akhirnya aku mendapatkan reply yg cukup banyak. Memang rata-rata peminat tukar pasangan agak susah cocok, ada aja yg jadi kendala, ntar cowoknya ga cocok dengan ceweknya atau sebaliknya.

Meskipun istriku tergolong cantik dan masih muda (19 tahun) namun bodynya agak kurus dengan dada 32A alias kecil mungil, belum pernah melahirkan, sedangkan aku sendiri Chinese, berwajah biasa-biasa aja, dengan umur 29thn, 173 cm, 73 kg (Kalau ada pembaca yg berminat silakan kirim email) Pengalaman pertama Dengan suami istri manado, Sungguh pasangan yg serasi, yg laki tinggi, ganteng dan atletis sedangkan istrinya putih bersih, semampai, dengan body yg aduhai, meskipun agak minder akhirnya kami lakoni juga, Bertempat di sebuah hotel di bilangan Jakarta Timur dengan Paviliun, kami memesan 2 kamar bersebelahan, setelah keadaan aman kami berempat dalam satu kamar.

Awal mula rasanya sangat canggung, Namun toh akhirnya kami mulai dengan cumbuan-cumbuan bersama pasangan kami masing-masing, Aku berciuman mesra dengan istriku sementara Sigit dan Susi (sebut saja namanya begitu) asyik berciuman juga, Kami saling pandang melihat langsung pasangan lain bermesraan, gairah didadaku semakin terbakar menyaksikannya..

Perlahan namun pasti pakaian kami sudah bertebaran dilantai, Sambil terus bercumbu aku menyaksikan body Susi yg telah bugil, sungguh indah.. aku tak tahan sendiri aku langsung melangkah kearah Susi dan Sigit pun mengerti dia langsung mencumbu istriku..

Sementara aku sedang menciumi seluruh tubuh Susi yg mulus, aku melihat Sigitpun sedang asyik menikmati tubuh istriku, Perasaan gairah, nafsu, cemburu berbaur menjadi satu.. Aku tumpahkan semua hasratku ke tubuh Susi, Jengkal demi jengkal tubuh Susi tdk ada yg luput dari jilatan lidahku dan elusan jari-jariku, buah dadanya yg besar dengan gemas aku remas, putingnya yg kemerahan aku kulum, jilat dan kadang aku gigit pelan, Susi semakin terbakar, jari-jarinya yg lentik menggenggam senjataku, sementara istriku aku lihat sedang asyik mengoral senjata Sigit yg telah keras..

Susipun tak mau kalah, dengan mahirnya dia menjilati dadaku, perut dan terus turun menjilati senjataku, diselingi dengan kocokan tangannya yg lembut.. Kian lama suasana kian panas, aku balik menyerang Susi, lidahku bermain lama di memek Susi, klitorisnya yg agak besar aku jilat sampai mengembang, lidahku mencoba menerobos kedalam liang memeknya, sementara jari jariku terus memilin puting buah dadanya, Susi semakin tak tahan dengan seranganku sementara aku lihatpun istiku masih asyik mencumbu penis Sigit, mulut istriku yg mungil sampai monyong mengulum senjata Sigit yg berukuran lumayan,

BANDAR POKER ONLINE - Aku semakin terbawa arus, Susi berteriak-teriak tak tahan minta aku segera memasukkan senjataku, namun aku belum puas menikmati keindahan tubuhnya, meskipun lidahku sampai kaku menusuk memek Susi namun aku terus melumat seluruh tubuhnya. Aku lihat istriku sudah menerima tusukan senjata Sigit dengan gaya doggy, erangan dan rintihan mereka terdengan jelas ditelingaku..

Akupun segera membopong tubuh Susi dan menidurkannya di kasur.. Dengan gaya konvensional Aku masukkan senjataku ke dalam memek Susi yg sudah basah.. Lain.. sungguh lain dengan memek istriku, memek Susi meskipun sudah punya anak 2 masih terasa mencengkram.. Aku terus menaikturunkan pantatku meraih puncak kepuasan, namun sampai keringatku bercucuran dan berbagai macam gaya sudah aku lakukan, aku belum keluar, ada perasaan ingin menang dihatiku yg membuat aku sekuat mungkin menahan orgasmeku..

Dan akhirnya memang aku menang, aku lihat Sigit sudah menyemburkan spermanya ke perut istriku.. Aku semakin bergairah melihatnya, Dengan gaya doggy aku terus menggempur Susi yg sudah orgasme 2x, istriku yg melihat aku belum keluar menghampiri aku, tanpa disuruh istriku menjilati ujung dadaku dan kadang disedotnya kencang, Gairahku semakin tak terbendung.. Akhirnya akupun melepaskan orgasmeku di bokong Susi..

Setelah istirahat beberapa menit, kami melanjutkan kembali pertempuran. Kali ini permainan menjadi 3 lawan satu dan masing- masing orang mendapatkan jatah, Pertama adalah Susi, Tubuh Susi terlentang pasrah menerima cumbuan kami bertiga, aku mencium bibir Susi yg sensual sementara istriku mencumbui buah dada Susi dan Sigit asyik menjilati memeknya.. dan efeknya sungguh luar biasa tanpa penetrasi Susi sudah mengalami orgasmenya,

giliran kedua adalah istriku, hampir seluruh bagian tubuh istriku tak luput dari belaian dan jilatan, dengan kompak Susi, Sigit dan aku menyerang istriku, kali ini istriku bertahan agak lama, akhirnya karena senjataku sudah menegang kembali aku masukkan senjaku ke dalam memek istriku, sementara Susi dan Sigit mencumbui buah dada istriku kiri dan kanan, dan tak lebih dari 5 menit istrikupun mengalami orgasme dengan teriakan yg cukup erotis.

Kini aku dan Sigit saling berpandangan, aku mempersilahkannya duluan. Karena aku tdk bakat gay, aku biarkan Sigit dicumbu oleh istriku dan istrinya, dengan rakusnya Susi menjilati dada Sigit sementara istriku aku mengkaroke senjata Sigit, kadang bergantian istriku yg menjilati tubuh Sigit sementara Susi mengoral senjata suaminya.. Dan mungkin fisik Sigit yg sedang lemah atau memang kenikmatan yg diterimanya terlalu tinggi, Sigit menyemprotkan cairan kenikmatannya saat Susi sedang mengoralnya..

AGEN JUDI ONLINE - Kini giliranku.. sambil berciuman dengan Susi, istriku mencumbui dadaku, lidah istriku yg mahir bermain dari leher sampai senjataku, sementara akupun tdk tinggal diam meremas apa saja yg ada didekatku, kadang buahdada Susi, kadang buah dada istriku, kadang pinggul dan pantat Susi kadang pantat istriku, kini ujung dadaku dicumbu keduanya Susi menjilati dada kiriku dan istriku menjilati dada kananku, sungguh kenikmatan yg tiada tara,

senjataku semakin membengkak keras, tak sabar akupun meminta Susi diatas, dan dengan lincahnya Susi menuntun senjataku, pinggulnya yg besar bergoyang seirama keluar masuknya senjataku dalam memeknya, meskipun kenikmatan yg aku peroleh dobel namun memang untuk orgasme yg kedua aku agak lama, Aku lihat Sigit asyik menonton kami, sementara Susi akhirnya malah orgasme diatas perutku, posisinya diigantikan istriku, istriku yg termasuk lihai bergoyang, mengeluarkan seluruh kemampuannya sementara Susi mencumbu dadaku dan mengelus biji kemaluanku, Aku semakin tak kuat menahan kenikmatan yg datang, akhirnya aku semprotkan spermaku kedalam memek istriku berbarengan dengan orgasme istriku. Kemudian kami tertidur dalam kelelahan dan kepuasan.

Pengalaman kedua adalah seorang wanita setengah baya yg hanya ingin menonton kami main, katanya gairahnya hanya bisa terbakar jika menyaksikan suami-istri bersetubuh langsung didepan matanya, Karena dia yg mau membayar semuanya, ajakkannya aku terima, tentunya setelah bicara dengan istriku. Dan sungguh aku dibuat kaget saat bertemu dengannya, wajah dan bodinya bisa aku nilai 9. Tak banyak basa-basi kamipun langsung menuju hotel. JinMovie

Aku sebenarnya bergairah banget melihatnya, sayang dia hanya mau menonton, aku dan istriku kini asyik bercumbu, kami saling meremas dan memberikan rangsangan, Perlahan pakaian kami berserakan, aku dan istriku sudah telanjang bulat sementara tante Widia semakin serius memperhatikan kami, aku lihat wajahnya yg putih sedikit memerah, mungkin sudah bergairah menyaksikan percumbuan kami yg semakin panas, istriku sedang mengoral senjataku,

Aku hanya bisa terpejam menikmati permainan mulut istriku di senjataku, namun sungguh tdk aku duga, bibirku terasa ada yg melumat, aku membuka mata sedikit, ternyata tante Widia sedang melumat bibirku dan dalam keadaan telanjang bulat..

Aku yg dari tadi memang bergairah melihatnya semakin bergairah, aku balas melumat bibirnya, lidah kami saling mendorong, sementara jari-jariku meremas buah dadanya bergantian, istriku masih asik mengeluarkan senjataku dalam mulutnya.. tante Widia menyodorkan buah dadanya ke mukaku, langsung saja aku cium kedua buah dadanya bergantian, tak puas sampai disitu, mulutku langsung melumat putingnya, tante Widia semakin meracau tak karuan, dan tak tahan sendiri,

BANDAR JUDI ONLINE - dia menarik istriku yg sedang ayik mengoral senjataku yg kaku, dan tante Widia menggantikan istriku mengoral senjataku, istriku pun langsung berpindah mencumbu dadaku, kini aku yg berbalik tak tahan, aku tarik tubuh tante Widia yg sedang berjongkok, lalu aku bisikan supaya dia nungging, dan dengan satu sentakan saja, senjataku sudah terbenam seluruhnya ke dalam memek tante Widia,

Oh.. sungguh hangat sekali memek tante Widia, aku menggerakkan pinggulku mengeluarmasukkan senjataku, dan istriku yg pintar mengambil inisiatif memilin buah dada tante Widia sementara tangan yg satunya menggosok lembut klitoris tante Widia, dan Tak perlu waktu lama, seluruh tubuh tante Widia mengejang dan melepaskan orgasmenya yg pertama, jelekknya tanpa ba bi Bu lagi tante Widia langsung menuju pembaringan dan tidur!!

Kini tinggal aku dan istriku yg sedang nanggung melongo!! untunglah kami cepat sadar dan meneruskan permainan menuju puncak kenikmatan, mungkin karena pemanasan sudah cukup, tak lama dengan gaya standar dia diatas aku dibawah kami berbarengan mencapai orgasme.

Ketika kami bangun, tante Widia sudah tdk ada di tempat dan hanya meninggalkan amplop berisi uang, Aku jadi tambah bingung??

Sejak saat itu, kami mencoba mencari pasangan-psangan lain yg sepaham dengan pikiran kami, lebih baik selingkuh di depan mata kan, dari pada di belakang suami/istri pada main nyeleweng semua??